I.
PENDAHULUAN
1.1 Dasar Teori
Ada
beberapa istilah yang perlu diketahui untuk menjelaskan prinsip-prinsip
pewarisan sifat. Pertama, individu yang disilangkan adalah parental atau
orangtua (P) dari individu keturunannya. Filial adalah keturunan atau anak dari
parental. F1 adalah fillal generasi pertama, dan F2 adalah fillal generasi ke
dua. Setiap parental akan menghasilkan gen yang disebut gamet. Gamet disebut
juga dengan istilah sel kelamin. Gamet adalah hasil pembelahan sel pada sebuah
individu yang akan bergabung dengan gamet dari individu lain membentuk individu
baru. Gamet D dikatakan sebagai alel dominan, sedang gamet d merupakan alel
resesif. Gen D dikatakan dominan terhadap gen d, karena ekpresi gen D akan
menutupi ekspresi gen d jika keduanya terdapat bersamasama dalam satu individu
(Dd). Sebaliknya, gen resesif adalah gen yang ekspresinya ditutupi oleh
ekspresi gen lainnya. Individu Dd dinamakan individu heterozigot, sedang
individu DD dan dd adalah individu homozigot yang masing-masing disebut sebagai
individu homozigot dominan dan homozigot resesif. Genotipe adalah susunan
genetik yang membentuk suatu sifat tertentu, sedangkan fenotipe adalah
sifat-sifat fisik dari individu yang dapat langsung diamati pada
individu-individu tersebut, yakni tinggi, pendek,hijau,kuning,danlain-lain.(FransiscaCahyono,2010). Penggunaan
istilah dan bahasa atau kata yang salah dapat berakibat kesalahan memahami
konsep. Seperti penggunaan istilah kromosom tubuh dan kromosom kelamin.
Sebaiknya istilah ini diganti dengan kromosom autosom dan kromosom gonosom.
Demikian pula penggunaan kalimat atau kata yang tidak tepat. Penggunaan kata
atau kalimat yang salah bisa disebabkan pemahaman penulis buku yang juga tidak
tepat sehingga berakibat kesalahan pada pemilihan kata dan kalimat. Hasil
pemikiran sebagai refleksi pemahaman penulis turut mempengaruhi miskonsepsi
(Elya Nusantari . 2011).
Analisis pewarisan karakter
kuantitatif sangat penting dalam program pemuliaan tanaman. Analisis ini
digunakan untuk mendapatkan informasi genetik yang terdiri atas jumlah gen yang
mengendalikan karakter tersebut, aksi gen, keragaman genetik, heritabilitas
serta informasi-informasi genetik lainnya. Informasi genetik tersebut sangat
berguna dalam tahapan seleksi, sehingga seleksi dapat lebih efektif dan efisien
(Sujiprihati et al., 2001).
Hukum
mendel I adalah perkawinan dua tetua yang mempumyai satu sifat beda
(monohibrid). Setiap individu yang berkembangbiak secara seksual terbentuk dari
peleburan dua gamet yang berasal dari induknya. Berdasarkan hipotesis mendel
setiap sifat/ karakter ditentukan oleh gen (sepasang alel). Hukum mendel satu
berlaku pada waktu gametogenesis F1 X F1 itu memiliki genotipe heterozigot.
Dalam perestiwa meiosis, gen sealael akan terpisah, masing-masing akan
membentuk gamet. Waktu terjadi penyerbukan sendiri (F1 X F1) dan pada proses
fertilisasi gamet-gamet yang mengandung gen itu akan melebur secara acak dan
terdapat empat macam peleburan atau perkawinan. ( Penuntun Praktikum Genetika,
2016).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ada 2 (dua) penyebaran warna kulit pada populasi itik Magelang, yaitu abu-abu
(17,55%) dan putih (82,45%). SMYTH (1993) mengidentifikasikan bahwa warna kulit
pada unggas diantaranya abu-abu dan putih. Fenotipik warna kulit abu-abu dengan
sandi genetik (genotipik) W+ /-Id/W fm+ /fm+ E/- dan warna kulit putih dengan
sandi genetik (genotipik) W+ /Id/W fm+ /fm+ + e/e+ . Dominasi warna kulit putih
menunjukan bahwa itik Magelang masih sedarah dengan itik Indian runner. Itik Indian
runner mempunyai warna kulit putih dengan bulu coklat tua dan muda.
1.1 Tujuan
Praktikum
1. Mencari angka-angka
perbandingan sesuai dengan Hukum Mendel.
2. Menemukan nisbah
teoritis sama atau mendekati nisbah pengamatan.
3. Memahami pengertian
dominan, resesif, genotipe, fenotipe.
II.
BAHAN
DAN METODE PRAKTIKUM
2.1
Alat dan Bahan
v Model
gen (kancing genetik) 2 warna merah dan putih
v Dua
buah stoples
2.2.
Metode Praktikum
1. Mengambil model gen merah dan putih, masing-masing 30
pasang atau 60 biji ( 30 jantan dan 30 betina).
2. menyisihkan
1 pasang model gen merah dan gen putih dalam keadaan berpasangan. Ini
dimisalkan individu merah dan individu putih.
3. membuka
pasangan gen di atas ( langkah 2 ), ini dimisalkan pemisahan gen pada
pembentukan gamet,baik oleh individu merah atau individu putih.
4. Menggabungkan
model gen jantan merah dan model gen betina putih dan sebaliknya. Ini
mengambarkan hasil silangan atau F1, keturunan individu merah dan individu
putih.
5. Memisahkan
kembali model gen merah dan model gen
putih. Hal ini mengambarkan pemisahan gen pada pembentukan gamet F1
6. Selanjutnya
semua model gen jantan baik merah maupun putih yang akan dimasukkan ke dalam stoples jantan dan model gen betina
baik merah maupun putih ke dalam stoples betina.
7. Dengan
tanpa melihat dan sambil mengaduk/mencampur gen-gen tersebut. kemudian
mengambil secara acak sebuah gen dari masing-masing stoples dan memasangkannya.
8. Melakukan
secara terus menerus pengambilan model gen sampai habis dan mencatat setiap
pasangan gen yang terambil ke dalam tabel pencatatan.
9. Bisa
juga dengan mengembalikan model gen yang terambil ( langkah 8 ) ke dalam
stoples masing-masing untuk selanjutnya mendapat kesempatan terambil lagi.
melakukan percobaan serupa untuk pengambilan 20 x, 40 x, dan 60 x.
III.
HASIL
PENGAMATAN
Tabel 1.
Pencatatan untuk pengambilan 20 x
|
No
|
Pasangan
|
Tabulasi ijiran
|
Jumlah
|
|
1
|
Merah-Merah
|
IIII
|
4
|
|
2
|
Merah-Putih
|
|
12
|
|
3
|
Putih-Putih
|
IIII
|
4
|
Tabel 2.
Pencatatan untuk pengambilan 40 x
|
No
|
Pasangan
|
Tabulasi ijiran
|
Jumlah
|
|
1
|
Merah-Merah
|
|
8
|
|
2
|
Merah-Putih
|
|
23
|
|
3
|
Putih-Putih
|
|
9
|
Tabel 3.
Pencatatan untuk pengambilan 60 x
|
No
|
Pasangan
|
Tabulasi ijiran
|
Jumlah
|
|
1
|
Merah-Merah
|
|
10
|
|
2
|
Merah-Putih
|
|
33
|
|
3
|
Putih-Putih
|
IIII IIII IIII II
|
17
|
Tabel 4. Perbandingan/nisbah
fenotipe pengamatan/observasi (O) dan nisbah Harapan/teoritis/expected (E)
untuk pengambilan 20 x
|
Fenotipe
|
Pengamatan
(Observasi=O) |
Harapan
(expected) |
Deviasi
(O-E) |
|
Merah
|
16
|
15
|
+1
|
|
Putih
|
4
|
5
|
-1
|
|
Total
|
20
|
20
|
0
|
Tabel 5.
Perbandingan/nisbah fenotipe pengamatan/observasi (O) dan nisbah
Harapan/teoritis/expected (E) untuk pengambilan 40 x
|
Fenotipe
|
Pengamatan
(Observasi=O) |
Harapan
(Expected) |
Deviasi
(O-E) |
|
Merah
|
31
|
30
|
+1
|
|
Putih
|
9
|
10
|
-1
|
|
Total
|
40
|
40
|
0
|
Tabel 6.
Perbandingan/nisbah fenotipe pengamatan/observasi (O) dan nisbah
Harapan/teoritis/expected (E) untuk pengambilan 60 x
|
Fenotip
|
Pengamatan
(Observasi=O) |
Harapan
(Expected) |
Deviasi
(O-E) |
|
Merah
|
43
|
45
|
-2
|
|
Putih
|
17
|
15
|
2
|
|
Total
|
60
|
60
|
0
|
IV.
PEMBAHASAN
Dari
hasil percobaan yang telah kami lakukan, kami menemukan beberapa
perbandingan/nisbah yang menggunakan 60 biji kancing genetik ( 30 merah AA dan
30 putih aa ). Dengan tabel 1. pengambilan kancing genetik sebanyak 20 x, tabel
2. pengambilan kancing genetik sebanyak 40 x, dan tabel 3. pengambilan kancing
genetik sebanyak 60 x. sehingga di proleh beberapa perbandingan berikut ini:
Pada
tabel 1. pengambilan kancing genetik sebanyak 20 x Didapatkan, perbandingan
Merah-Merah AA : Merah-Putih Aa :
Putih-Putih aa yaitu 4 : 12 : 4. Jika
kita perkecilkan lagi maka perbandingannya adalah 1 : 2 : 1. Hal ini
menunjukkan bahwa Berdasarkan teori hukum mendel I yang menjelaskan bahwa
perbandingan yang didapatnya adalah 1 : 2 : 1. Maka percobaan yang kami lakukan
di laboratorium adalah benar. Yang di tegaskan dalam teori hukum mendel I.
Pada
tabel 2. pengambilan kancing genetik sebanyak 40 x Didapatkan, perbandingan
Merah-Merah AA: Merah-Putih Aa :
Putih-Putih aa yaitu 8 : 23 : 9. Jika
kita perkecilkan lagi maka perbandingannya adalah 0,7 : 2 : 0,8. Hal ini
menunjukkan bahwa percobaan yang kami lakukan di laboratorium adalah Hampir
sama dengan teori hukum mendel I .
Kemudian,
Pada tabel 3. pengambilan kancing genetik sebanyak 60 x Didapatkan,
perbandingan Merah-Merah AA: Merah-Putih
Aa : Putih-Putih aa yaitu 10 : 33 : 17.
Jika kita perkecilkan lagi maka perbandingannya adalah tidak jauh
berbeda dengan teori hukum Mendel I.
akan tetapi hampir sama. Hal ini
menunjukkan bahwa percobaan yang kami lakukan di laboratorium adalah benar.
Setelah
melakukan beberapa pengambilan kancing genetik (20 x, 40 x, dan 60 x) model gen
jantan baik merah maupun putih dan model gen betina baik merah maupun putih
dengan tanpa melihat dan sambil mencampur gen-gen tersebut, didapat nisbah atau
perbandingan genotipe yang sesuai dengan yang diharapkan seperti yang dilakukan
oleh Mendel yaitu 1 : 2 : 1 (1 merah-merah : 2 merah-putih : 1 putih-putih).
Perbandingan/nisbah
fenotipe pengamatan/observasi (O) dan nisbah Hrapan/teoritis/expected (E) dengan
beberapa pengambilan kancing genetik. Didapatlah perbandingan yang hampir sama
dengan hukum mendel I. berikut
percobaan yang telah kami lakukan.
Pada
tabel 4. pengambilan kancing genetik sebanyak 20 x didapatlah hasil fenotipe
nya : 16 Merah dan 4 putih. Data ini, yang memiliki deviasi +1 Merah dan -1 Putih.
Sedangkan nisbah harapan adalah 15 Merah dan 5 putih dengan perbandingan ( 3 : 1 ). Hal
ini menunjukkan bahwa percobaan yang kami lakukan di laboratorium adalah mendekati
nisbah yang diharapkan ( hukum Mendel I
).
Pada
tabel 5. pengambilan kancing genetik sebanyak 40 x didapatlah hasil fenotipe
nya : 31 Merah dan 9 putih. Data ini, yang memiliki deviasi +1 Merah dan -1 Putih.
Sedangkan nisbah harapan adalah 30 Merah dan 10 putih dengan perbandingan ( 3 : 1 ).
Hal ini menunjukkan bahwa percobaan yang kami lakukan di laboratorium adalah mendekati
nisbah yang diharapkan ( hukum Mendel I
).
Pada
tabel 6. pengambilan kancing genetik sebanyak 60 x didapatlah hasil fenotipe
nya : 43 Merah dan 17 putih. Data ini, yang memiliki deviasi -2 Merah dan +2 Putih.
Sedangkan nisbah harapan adalah 45 Merah dan 15 putih dengan perbandingan ( 3 : 1 ).
Hal ini menunjukkan bahwa percobaan yang kami lakukan di laboratorium adalah mendekati
nisbah yang diharapkan ( hukum Mendel I
)
Dari
seluruh data percobaan yang dilakukan diketahui bahwa perbandingan genotipe dan
fenotipe nya . Perbandingan genotipe dapat dilihat pada tabel 1,2 dan 3 dengan
perbandingan Mendel 1:2:1. jadi genotipe adalah susunan genetik yang tidak
tampak, hanya dapat disimbolkan dengan
huruf-huruf
Perbandingan
fenotipe dapat dilihat pada tabel 4, 5 dan 6 dengan perbandingan Mendel 3:1. Jadi fenotipe adalah
sifat/karakter yang tampak, seperti warna, dan bentuk. perbandingan warna Merah
lebih besar dibandingkan dengan warna
putih. Ini menunjukkan bahwa warna merah merupakan sifat alel yang dominan,
sedangkan warna putih menunjukkan sifat alel yang resesif.
V.
KESIMPULAN
Dari percobaan yang
telah kami lakukan dapat disimpukan bahwa :
v Angka-angka
perbandingan yang kami dapatkan pada saat pecobaan adalah hampir sama dengan
hukum mendel I. bahkan ada perbandingan yang sama dengan pebandingan mendel
I.
v Nisbah
pengamatan yang kami lakukan mendekati teoritis yang ditemukan oleh hukum Mendel
I.
v -
Sifat dominan adalah sifat yang banyak muncul atau mendominasi hasil persilangan
-Sifat
resesif adalah sifat yang sedikit atau kecil munculnya dari hasil persilangan
-Genotipe
adalah susunan genetik suatu individu. Sifat herediter yang tak
tampak, hanya dapat disimbolkan dengan huruf-huruf.
-Fenotip
adalah sifat/karakter yang tampak seperti warna, dan bentuk.
JAWABAN PERTANYAAN
1.
Berapa macam pasangan genotipe yang
diperoleh?
jawab: Pasangan genotipe yang diperoleh adalah 3 macam, yaitu, AA (merah), Aa (merah), dan aa (putih).
jawab: Pasangan genotipe yang diperoleh adalah 3 macam, yaitu, AA (merah), Aa (merah), dan aa (putih).
2.
Berapa perbandingannya?
Jawab:
v Untuk
percobaan 20 x, perbandingannya AA : Aa
: aa = 4 : 12 : 4
v Untuk
percobaan 40 x, perbandingannya AA : Aa
: aa = 8 : 23 : 9
v Untuk
percobaan 60 x, perbandingannya AA : Aa
: aa = 10 : 33 : 17
Yang
hampir mendekati perbandingan pada teori hukum mendel I
3.
Jika model gen merah dominan,berapa
perbandingan fenotip yang diperoleh?
Jawab
: perbandingannya adalah 3:1 . 3 merupakan warna merah (dominan) dan 1 adalah
putih (resesif)
4.
Apa yang dapat disimpulkan dari
percobaan model 2 ini ?
Jawab:
Jawab:
v Dari
percobaan model 2 ini, dapat disimpulkan bahwa perbandingan genotipe pada
persilangan monohibrid adalah 1 : 2 : 1, sedangkan perbandingan fenotipenya
adalah 3 : 1.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono,
Fransisca . 2010. Penelitian Kombinatorial Dalam Hukum Pewarisan
Mendel. Bandung : Institut
Teknologi Bandung
Mahfudz, S.
Kismiati dan T.a. Sarjana 2005. Fenotipik
dari itik magelang yang
produktif. Semarang:
Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro
Nusantari Elya. 2011.
Analisis dan Penyebab Miskonsepsi pada
Materi Genetika.
Gorontalo:
Universitas Negeri Gorontalo
Sujiprihati et al.
2007. Pendugaan nilai heterosis dan daya
gabung beberapa
komponen hasil pada persilangan
dialel penuh enam genotipe cabai (Capsicum annuum L.). Bogor:
IPB Press
Suryati Dotti, et al. 2016. Penuntun Pratikum Genetika. Bengkulu: Fakultas
Pertanian
Universitas Bengkulu.
LAMPIRAN

Hasil Dari Rangkaian
DNA yang telah kami Buat, yang terbuat dari bahan Rimbang Sebanyak 20 Buah dan
Tusuk gigi sebanyak 28 (10 panjang dan 18 pendek)
No comments:
Post a Comment